Perang Uhud, Cermin Menawan Pribadi Rasulullah SAW #Bagian1
Oleh Dra. S. Surati (Staf BPKK DPD PKS Kota Surakarta)
“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) Hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah."
(Terjemahan Qur’an Surat Al-Ahzab: 21)
Sirah Nabawiyah mengisahkan kehidupan Nabi Muhammad saw. dalam segala sisi kehidupannya yang teramat jelas dan terang benderang. Mulai dari ayah-ibunya (pernikahan Abdullah dan Siti Aminah), kepergian Abdullah berdagang, kehamilan Aminah, wafatnya Abdullah ketika berdagang, kemudian tentang kelahiran Nabi Muhamad, terurai secara rinci.
Masa kecil, masa remaja, pernikahan Rasulullah saw. dan kehidupan Nabi sebelum diangkat sebagai rasul, dari tahun ke tahun dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi pun terkisahkan dengan jelas.
Sirah Nabawiyah juga mengisahkan karakter & peran Nabi Muhammad, bagaimana sejak menjadi pemuda menjadi orang yang tepercaya (dengan gelarnya Al-Amin), lurus perilakunya, dan terhindar dari perilaku yang menyimpang dari pemuda-pemuda / orang-orang yang suku Quraisy pada umumnya.
Setelah menikah, Nabi Muhammad menjadi seorang suami dan ayah yang penuh kasih sayang dan kelembutan serta pergaulan yang baik, yang membedakan dengan jelas antara hak dan kewajiban suami, istri dan anak-anak.
Ketika menjadi Rasul, Nabi Muhammad menjadi juru dakwah yang mencurahkan seluruh kemampuan dan kekuatan beliau demi menyampaikan risalah Nabi Muhammad juga menjadi guru yang bertanggung jawab atas tarbiyah para sahabat beliau dengan bentuk tarbiyah yang ideal sehingga mereka berusaha dengan sekuat tenaga mencontoh Nabi Muhammad dalam segala hal, baik yang kecil maupun yang besar, bahkan para sahabat mencintai beliau seperti mereka mencintai diri sendiri atau lebih dibandingkan dengan keluarga dan kerabat mereka sendiri.
Sirah Nabwiyah juga berkisah tentang Nabi Muhammad sebagai prajurit yang gagah berani dan panglima perang yang selalu sukses dan berajaya. Sirah Nabawiyah sebuah gambaran sempurna kehidupan seorang manusia pilihan yang mulia, Nabi yang agung, seorang kepala negara yang adil dan bijaksana, teladan bagi keluarga dan masyarakat.
Demikian penting umat Islam mempelajari Sirah Nabawiyah ini dan meneladani segala ucapan dan perilaku Nabi Muhammad saw. dalam kehidupan sehari-hari.
Perang Uhud yang Mengharu Biru
Kekalahan Musrikin Quraisy pada Perang BadarPerang Badar yang terjadi pada tahun ke-2 Hijriyah antara pasukan muslimin Madinah pimpinan Nabi Muhammad saw. dan pasukan musyrikin Mekah pimpinan Abu Sufyan bin Harb, telah usai. Peperangan itu membawai pengaruh sangat bertolak belakang. Kaum muslimin Madinah, yang dalam perang Badar tersebut memperoleh kemenangan yang gilang gemilang, bersyukur kepada Allah SWT, mereka sangat bergembira dan makin percaya diri menghadapi musuh Islam, terutama kaum Musyrikin Mekah. Sementara itu, kaum Musyrikin Mekah dengan jumlah pasukan yang lebih besar daripada pasukan Rasulullah saw. mengalami kekalahan yang menyakitkan. Banyak tokoh besar Quraisy yang meninggal dalam pertempuran. Mereka pulang dengan luka hati yang teramat dalam.
Dendam membara di dada pasukan Quraisy. Demikian pula keluarganya. Orang-orang tercinta mereka banyak terbunuh pada Perang Badar. Mereka ingin membalas kekalahan itu dengan apapun caranya.
Persiapan Musrikin Quraisy Melakukan Penyerangan
Tekad Musrikin Mekah untuk membalas kekalahan mereka pada Perang Badar. Segala persiapan mulai dilakukan. Para pembesar Quraisy, antara lain Jubir bin Mut’in, Shafwan bin Umayyah’, Ikrima bin Abi Jahal, Harith bin Hisyam, Huaithib bin Abdul ‘Uzza menghimpun kekuatan yang ada. Mereka bersepakat bahwa kafilah dagang dari Syam, yang telah menyebabkan timbulnya Perang Badar, akan dijual. Keuntungannya akan disisihkan dan akan dipakai angkatan perang untuk memerangi Nabi Muhammad. Tenaga kabilah-kabilah yang ada akan dikerahkan dan supaya ikut serta bersama-sama dengan Quraisy menuntut balas terhadap kaum muslimin.
Tokoh-tokoh Quraisy pun mengerahkan Abu ‘Azza, seorang penyair yang telah dimaafkan oleh Nabi dan para tawanan perang Badar. Demikian juga tokoh-tokoh Quraisy tersebut mengerahkan kabilah Ahabsy yang hendak ikut melakukan penyerangan terhadap Nabi Muhammad.
Tidak hanya itu, pembesar Quraisy juga menyiapkan dan akan membawa serta kaum wanitanya, yang dipimpin oleh Hindun istri Abu Sufyan. Hindun inilah perempuan yang paling keras berkeinginan untuk ikut dalam peperangan karena dalam perang Badar itu ayahnya, saudaranya, dan orang-orang yang dicintainya mati terbunuh.
BERSAMBUNG Ke bagian 2 >>